Selasa, 12 Januari 2021

Fatwa Ulama Tentang Mimpi Allah Swt | Syaikh Muqbil Hadi Wadi'iy


Syaikh Muqbil bin Hady Al-Wadi’iy rahimahullah tatkala ditanya dalam sejumlah pertanyaan dari Indonesia, diantaranya :

“Apakah seorang mukmin melihat Rabbnya dalam tidur, dengan dalil ? Dan apakah tsabit dari sebagian Salaf bahwa mereka melihat Rabbnya atau tidak ?”

Beliau menjawab: “Tidak ada yang melarang, dan telah datang dalam hadits Mu’adz, hadis ‘Abdurrahman bin ‘A’isy dan Ibnu ‘Abbas, dan sebagian (ulama) berkata bahwa ia (hadis-hadis ini) bisa naik ke derajat dapat dipakai berhujjah. Datang di dalamnya bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam melihat Rabbnya. Dan Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsirnya ketika beliau menafsirkan firman Allah ‘Azza wa Jalla :

“Aku tiada mempunyai ilmu sedikitpun tentang Al-Mala’ul A’la (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan”. (QS. Shod : 69)

Karena beliau menyebutkan hadis di situ, beliau berkata : “Ini adalah mimpi dalam tidur”.

Dan saya tidak mengetahui ada dalil yang melarang hal ini yaitu bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam melihat Rabbnya dalam tidur. Dan demikian dinukil dari Imam Ahmad dan dari selain beliau dari ulama Salaf bahwa mereka melihat Allah dalam mimpi. Tapi kalau seorang manusia melihat Rabbnya dan membawa sesuatu yang menyelisihi syariat Islam yang ada maka tidak diterima, karena orang yang melihat-Nya mungkin melihat-Nya secara hakiki dan (mungkin) adalah was-was diri sendiri sebagaimana telah datang (dalam hadis,-pent.) bahwa mimpi terbagi tiga ; mimpi dari Allah, mimpi dari setan dan bisikan diri.
Ditambah lagi bahwa orang yang tidur tidak bisa berfikir sehingga diterima apa yang ia lihat dalam tidurnya”. 
[Tuhfatul Mujib pertanyaan no. 68.]

Semoga penjelasan singkat ini di pahami dan bermanfaat buat kita semua

Fatwa Ulama Tentang Mimpi Allah Swt | Syaikh muhammad bin Sholih Al-Utsaimin

Syaikh Muhammad bin Sholih AI-’Utsaimin rahimahullah ditanya sebagai berikut :

“Tentang melihat Allah ‘Azza wa Jalla, apakah benar perkataan bahwa mungkin (hal tersebut) terjadi pada mukmin mana saja dari kaum mukminin?”

Beliau menjawab:

“Melihat Allah dalam mimpi di dunia tentunya, karena di akhirat tidak ada tidur. Telah datang dalam hadist tentang perdebatan Malaikat yang dikeluarkan oleh Ahlus Sunan sesungguhnya Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam melihat Rabbnya dalam tidur. Dan melihat Allah bagi selain Nabi, saya tidak mengetahui tsabitnya (tetapnya/ syahnya) dan saya tidak tahu apakah terjadi atau tidak. Akan tetapi telah disebutkan bahwa Imam Ahmad rahimahullah melihat Rabbnya dalam tidur dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa manusia kadang melihat Rabbnya dalam tidur dan hal tersebut karena Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat untuknya (orang yang mimpi) perumpamaan sesuai dengan komitmennya terhadap agamanya, yaitu ia melihat-Nya dalam mimpi yang baik sehingga hal tersebut menjadi pendukung baginya untuk komitmen terhadap agama. Wallahu A’lam“. 
[ Al-Liqo Al-Maftuh 30/17 pertanyaan no. 908 dengan perantara Syaikh Muhammad bin Ahmad Al-Fify.]

Semoga penjelasan singkat ini di pahami dan bermanfaat buat kita semua

Fatwa Ulama Tentang Mimpi Allah Swt | Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Fatwa ulama tentang mimpi allah swt.
Dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menerangkan : 
"Apabila demikian, maka seorang manusia kadang melihat Rabbnya dalam mimpi dan berbicara kepada-Nya. Ini adalah Haqq dalam mimpi tetapi tidak boleh ia berkeyakinan dalam dirinya bahwa Allah adalah seperti yang ia lihat dalam mimpi, karena sesungguhnya seluruh yang dilihatnya dalam mimpi tidak harus sama. Akan tetapi shurah (bentuk) yang ia lihat harus ada kesesuaian dan kemiripan dengan keyakinannya tentang Rabbnya. Kalau keimanan dan keyakinannya cocok, maka didatangkan kepadanya dari shurah itu dan ia mendengar dari kalam yang mencocoki tersebut. Kalau tidak, maka yang terjadi adalah kebalikannya. 
Berkata sebagian Masya'ikh (syaikh-syaikh) : 'Apabila seorang hamba melihat Rabbnya dalam suatu shurah maka shurah itu adalah tirai antara dia dan Allah'. Dan masih selalu ada dari kalangan orang-orang sholih dan selainnya yang melihat Rabb mereka dalam mimpi dan berbicara kepada-Nya. Dan saya tidak menyangka ada orang berakal yang mengingkari hal tersebut karena adanya hal ini merupakan perkara yang tidak mungkin ditolak sebab mimpi yang terjadi pada seorang bukanlah karena kehendak dan pilihannya. Dan ini adalah masalah yang sudah dipahami.

Telah disebutkan oleh para Ulama dari Ashhab (orang-orang hanbaliyah,-pent.) dan selainnya dalam Ushulud Diin (pokok-pokok agama). Mereka hikayatkan dari sekelompok kaum dari kalangan mu'tazilah dan selainnya tentang pengingkaran mereka terhadap melihat Allah, padahal penukilan tentang hal tersebut adalah mutawatir dari orang-orang yang melihat Rabbnya dalam tidur, kemudian barangkali mereka berkata : Tidak boleh dia meyakini bahwa ia melihat Rabbnya dalam tidur'. Maka mereka (kalangan mu'tazilah) telah menjadikan yang semisal ini termasuk mimpi-mimpi kosong dan berbuat ekstrim dalam meniadakan (menafikannya), yaitu menafikan melihat Allah dalam mimpi dari sebagian ru'yah (mimpi) yang benar sebagaimana segala yang dilihat dalam tidur. Ini termasuk pendapat Al-Mutajahmah (orang-orang Jahmiyah) yang batil (salah) yang menyelisihi kesepakatan para Salafus Ummah (orang-orang Salaf terdahulu dari umat) dan para imamnya. bahkan (menyelisihi) kesepakatan orang-orang yang berakal dari anak Adam. Bukanlah dengan melihat Allah dalam mimpi berarti terdapat suatu kekurangan atau aib yang berkaitan dengan-Nya Subhanahu wa Ta'ala. Hal tersebut hanyalah sesuai dengan keadaan orang yang melihat, yaitu kekuatan imannya, rusak dan istiqomah keadaannya serta penyimpangannya.
Selesai ucapan beliau dari Bayan Talbis Al-Jahmiyah 1/73.

Beliau juga berkata: "Dan kadang seorang mukmin melihat Rabbnya dalam mimpi dalam shurah (bentuk) yang beraneka ragam sesuai dengan ukuran keimanan dan keyakinannya. Bilamana imannya benar maka dia tidak akan melihatnya selain dalam shurah (bentuk) yang baik, dan apabila pada imannya ada kekurangan maka ia akan melihat sesuai dengan keimanannya. Dan melihat dalam mimpi memiliki hukum lain yang berbeda dengan melihat secara hakiki (nyata) dalam keadaan terjaga. la (melihat dalam mimpi) mempunyai ta'bir dan takwil, karena yang terkandung di dalamnya berupa perumpamaan-perumpamaan yang dibuat untuk perkara-perkara yang hakiki (nyata)". 
[ Majmu' Al-Fatawa 3/ 390, Minhajus Sunnah 5/384 dan Dar'ut Ta'arudh 5/237 ]

Semoga penjelasan singkat ini di pahami dan bermanfaat buat kita semua

Senin, 11 Januari 2021

Ibnu Sirin | Tafsir Mimpi Bertemu Allah swt

Pembahasan kali ini adalah Ibnu sirin tentang tafsir mimpi bertemu Allah SWT.

 Ibnu sirin menerangkan :

1. Jika seseorang bermimpi seolah-olah Allah berada di samping seseorang tersebut, maka memberi pesan bahwa Allah sedang melihatnya langsung. Jika orang tersebut orang salih maka mimpi itu adalah mimpi pembawa rahmat. Namun jika orang tersebut tidak salih maka mimpi itu bisa jadi menjadi peringatan baginya agar hidup lebih baik.

2. Jika seseorang bermimpi dan bertemu dengan Allah dalam keadaan di selamatkan oleh-Nya, maka ia akan menjadi orang yang banyak dicintai dan disukai oleh manusia di dunia. Orang-orang akan menyukainya.

3. Jika seseorang bermimpi di mana dalam mimpinya seolah-olah Allah berbicara langsung dengannya maka berarti agama yang dianutnya benar dan ia akan diberikan amanah sebagai seorang pemimpin di dunia. Amanah itu perlu dijalankan dengan pertimbangan aturan Allah yang adil dan maslahat.

4. Jika seseorang bermimpi namun dalam mimpinya itu ia seolah-olah melihat Allah dengan menggunakan hatinya, maka ia akan dimuliakan oleh Allah, diampuni dosa-dosanya, dan kelak di hari kiamat akan mendapatkan semua itu.

5. Jika seseorang bermimpi bertemu dengan Allah dan Allah menjanjikan padanya ampunan maka janjinya itu benar. Ia akan menjadi hamba yang dosa-dosanya diampuni dan kelak akan di ganjar surga ketika di akhirat.
[Tafsir Al-Ahlam]

Semoga penjelasan singkat ini di pahami dan bermanfaat buat kita semua

Kisah Imam Az Ghazali Mimpi Bertemu Allah Swt

Aku dapat melihat Allah dalam mimpi. 
Dia berkata kepadaku, " wahai Abu Hamid, tinggalkanlah segala kesibukanmu. Bergaullah dengan orang-orang yang telah Aku jadikan tempat untuk pandangan-Ku di bumi-Ku. Mereka adalah orang-orang yang menggadaikan dunia dan akhirat karena mencintai Aku. " 

Aku berkata : "Demi kemuliaan-Mu, aku tidak akan melakukannya kecuali Engkau membuatku dapat merasakan sejuknya berbaik sangka kepada mereka." 

Allah berfirman, "Sungguh Aku telah melakukannya. Yang memutuskan hubungan antara engkau dan mereka adalah kesibukanmu mencintai dunia. Maka keluarlah dari kesibukanmu mencintai dunia dengan suka rela sebelum engkau keluar dari dunia dengan penuh kehinaan. Aku telah melimpahkan kepadamu cahaya-cahaya dari sisi-Ku Yang suci.

Kisah Imam Hasan Al Basri Mimpi Bertemu Allah Swt

Imam Hasan al-Basri berjumpa dengan Habib Ajmi. Pada waktu shalat, Hasan al-Basri mempersilahkan Habib Ajmi untuk menjadi imam. Tidak disangka banyak bacaan habib yang keliru tajwidnya. Akhirnya Imam Hasan al-Basri “mufaraqah”, shalat sendiri.

Malam harinya Imam Hasan al-Basri bermimpi.
Allah menegurnya, “Hasan, jika saja engkau berdiri di belakang Habib Ajmi dan menunaikan shalatmu, niscaya kamu akan memperoleh keridhaanku, dan shalatmu akan memberi manfaat yang jauh lebih besar dari seluruh shalat dalam hidupmu. Kamu mencoba mencari kesalahan dalam bacaan shalatnya, tetapi kamu tidak melihat keikhlasan, kemurnian, dan kesucian hatinya. Ketahuilah, Aku lebih menyukai hati yang tulus daripada tajwid yang sempurna”.

Minggu, 10 Januari 2021

Kisah Iman Tirmidzi Mimpi berjumpa dengan allah swt

Imam Tirmidzi mengatakan.

Aku bermimpi bertemu Allah al-Haq Jalla Jalaaluh berkali-kali. 
Disalah satu mimpiku Aku bertanya, ya, Allah. Aku takut hilangnya keimanan ini. 
Lalu Dia (Allah) memerintahkanku membaca doa ini antara waktu sunnah subuh dan fardhunya 41 kali, yakni: 
Dzat yang maha hidup. 
Dzat yang tidak bergantung pada Makhluk-Nya. 
Dzat yang menciptakan langit dan bumi. 
Dzat yang agung dan mulia. 
Ya, Allah. Tiada Tuhan selain Engkau. Kupinta padaMu, agar Kau hidupkan hatiku dengan cahaya-cahaya makrifat-Mu. 
Ya Allah. Ya Allah. Ya arhamar-
raahimin.
[Bughyatul Mustarsyidinnya Sayyid Abdurrahman Ba'alawi Hal 60 al-Hidayah]


Fatwa Ulama Tentang Mimpi Allah Swt | Syaikh Muqbil Hadi Wadi'iy

Syaikh Muqbil bin Hady Al-Wadi’iy rahimahullah tatkala ditanya dalam sejumlah pertanyaan dari Indonesia, diantaranya : “Apakah seorang mukmi...